Israel Dibom Sana-Sini, Digempur Houthi-Diserang dari Lebanon

CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Israel di Gaza sepertinya melebar. Tak hanya kelompok Hamas dan pemberontak Houthi di Yaman, kini Israel juga diserang sejumlah rudal dari Lebanon.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pihaknya menembaki sasaran di Lebanon selatan pada hari Rabu. Sejumlah tembakan datang dari wilayah tersebut.

"Beberapa waktu lalu, sebuah sel teroris berusaha meluncurkan rudal anti-tank dari Lebanon menuju wilayah Israel di wilayah Zar'it. Sebuah tank IDF menghantam sel tersebut," kata IDF dalam sebuah pernyataan, dikutip CNN International, Kamis (2/11/2023).

"Selain itu, teroris melepaskan tembakan beberapa waktu lalu dari Lebanon menuju wilayah Israel di wilayah Yiftah. Tidak ada korban luka yang dilaporkan. IDF merespons dengan tembakan ke arah asal penembakan," tambahnya.

Militer Israel juga mengatakan sudah rutin terlibat baku tembak dengan militan di Lebanon selatan selama beberapa minggu terakhir. Ini diyakini merujuk kelompok Hizbullah.

Hizbullah sendiri merupakan kelompok bersenjata yang didukung Iran dan juga merupakan kekuatan regional yang mendominasi Lebanon selatan. Mereka juga beroperasi bersama Korps Garda Revolusi elit Iran di Suriah, tempat Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel berada.

Sebelumnya sejumlah negara Timur Tengah sudah me-warning Israel terkait melebarnya perang di Gaza. Serangan rudal tanpa henti ke wilayah Palestina tersebut, bahkan membunuh anak-anak dan wanita, bisa membuat sejumlah kelompok terlibat.

Kelompok Houthi di Yaman misalnya mengaku telah mulai menyerang Israel sampan agresi Negeri Yahudi itu setop di Gaza. Tercatat sudah lima serangan diluncurkan, di mana Houthi mengklaim serangan Rabu malam sebagai yang terbesar.

"Drone mencapai target," kata salah satu juru bicara Houthi Yahya Saree, dikutip Al-Jazeera.

Iran mengatakan wajar jika sejumlah kelompok menyerang Israel sehubungan dengan perang terhadap Hamas. Negeri itu bahkan menyebut akan ada dampak yang lebih luas jika gencatan senjata tidak tercapai.

"Wajar jika kelompok dan gerakan perlawanan tidak tinggal diam terhadap semua kejahatan yang dilakukan oleh Israel," kata diplomat top Iran Hossein Amir-Abdollahian, dikutip AFP.

"Mereka tidak akan menunggu saran siapa pun, oleh karena itu kita perlu menggunakan peluang politik terakhir untuk menghentikan perang," tambahnya seraya menyebut situasi bisa "tidak terkendali".

Komentar Baru Netanyahu
Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu kembali merespons perang di Gaza. Ia memberi sinyal tak akan ada gencatan senjata.

Dalam update Rabu, dikutip dari CNBC International Kamis, ia mengatakan perang yang akan dilakukan negerinya "perang yang sulit". Bahkan ia menyebut perang akan "panjang", mengisyaratkan potensi tanpa akhir.

"Kita berada dalam perang yang sulit. Ini akan menjadi perang yang panjang," katanya dalam bahasa Ibrani yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris, dikutip dari media sosial X.

"Saya berjanji ke seluruh rakyat Israel. Kami akan menyelesaikan pekerjaan kami. Kami akan terus melakukannya sampai datang kemenangan," janjinya.

Hingga kini terdapat lebih dari 8.000 warga sipil Gaza tewas karena gempuran Israel yang memasuki hari ke-26. Sebanyak 3.000 lebih adalah anak-anak.

Israel sendiri mencatat 1.400 orang tewas. Semua tercatat ketika Hamas menyerang mendadak Israel, 7 Oktober.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan