"Ya Tuhanku ampunilah aku, rahmatilah aku,
perbaikilah aku, angkatlah darjatku, berilah aku rezeki, pimpinlah aku, afiatkanlah aku dan maafkanlah aku."

Video ngeri awan cumulonimbus, Cerita juruterbang yang pernah terselamat

laniismaa
Cumulonimbus_Cloud
Awan cumulonimbus merupakan igauan ngeri juruterbang. Ini kerana awan ini boleh menyebabkan kemalangan dahsyat. Oleh itu, tidak hairanlah bila awan yang selalu disebut awan CB ini ditakuti banyak penerbangan.

Bahkan, awan CB disyaki menjadi penyebab terhempasnya pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata pada 29 Desember 2014. Juruterbang Irianto yang menerbangkan QZ8501 menjadi korban awan tersebut.

Namun, bukan bererti awan CB tidak mampu diatasi. Tidak ramai juruterbang yang selamat dari kedahsyatan awan tersebut. Salah seorangnya, juruterbang Senior Garuda Indonesia Kapten Abdul Rozaq.

Dalam wawancaranya di Breaking News tvOne, pada 4 Januari 2015, Kapten Abdul Rozaqmengaku menjadi saksi kekuatan awan CB. Pesawat Garuda Indonesia yang kemudikannya terjebak dalam awan CB.

“Kejadiannya pada Januari 2002. Pesawat saya langsung masuk awan CB di ketinggian 32 ribu kaki. Tidak sampai 3 minit, kedua mesin pesawat langsung mati,” ujarnya.

Abdul menceritakan, gangguan yang dialami pesawatnya sangat dahsyat. Goncangan datang dari sisi kiri, kanan, depan dan belakang pesawat. Bagi para penumpang, pesawat bagaikan terbanting-banting dalam awan.

“Itulah yang menyebabkan mesin pesawat mati, karena tidak kuat menahan goncangan,” katanya.

Abdul terus bersiap sedia melakukan pendaratan kecemasan. Oleh kerana komunikasi dalam pesawat terputus, dia berkomunikasi secara manual dengan kru untuk mempersiapkan penumpang. Usaha Abdul dan pembantunya pada waktu itu, juruterbang Heryadi, terbayar. Pesawat berjaya mendarat cemas di Sungai Bengawan Solo. Tidak ada yang terkorban.

Belajar dari pengalaman tersebut, Abdul mengatakan komunikasi pilot dengan awak kabin saat keadaan darurat sangatlah penting. “Awak kabin bisa langsung menjalankan SOP untuk evakuasi penumpang,” ujarnya.

Selain itu, Abdul juga menyatakan juruterbang juga harus boleh menyiapkan serta mententeramkan hati penumpang ketika cuaca buruk menghadang. Meskipun begitu, Abdul menambah pesawat ketika ini sudah mempunyai peralatan yang lebih canggih untuk mengesan cuaca buruk.

“Pesawat modern saat ini sudah bisa mendeteksi awan CB dari jauh, jadi harusnya bisa dihindari,” katanya.

Tiada ulasan: