"Ya Tuhanku ampunilah aku, rahmatilah aku,
perbaikilah aku, angkatlah darjatku, berilah aku rezeki, pimpinlah aku, afiatkanlah aku dan maafkanlah aku."

PENJELASAN TENTANG APA YANG TERJADI DI YAMAN

Ustadz Agus Hasan Bashori, Lc.,M.Ag
(Penulis Buku-Buku Ahlussunnah dan Pemerhati Syiah)
بسم الله الرحمن الرحيم

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah untuk Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam, yang membawa rahmat ke seluruh alam, beserta para keluarga, sahabat, dan umatnya yang setia hingga akhir zaman.

Amma ba’du:

Sebagai muslim Indonesia yang peduli dengan agama, masyarakat, dan negara, juga sebagai da’i dan penulis yang menggeluti tentang aliran Syiah, maka kami merasa terpanggil untuk memberikan penjelasan tentang apa yang terjadi di Yaman kepada kaum muslimin Indonesia. Hal ini kami lakukan mengingat:

Yaman memiliki kedudukan di hati Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam, hingga beliau berdoa:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي يَمَنِنَا

“Ya Allah berkahilah untuk kami dalam Yaman kami.” (HR. Bukhari dari ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma).

Dan Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam pun memuji penduduk Yaman dengan sabdanya:

أَتَاكُمْ أَهْلُ الْيَمَنِ هُمْ أَلْيَنُ قُلُوبًا وَأَرَقُّ أَفْئِدَةً الْإِيمَانُ يَمَانٍ وَالْحِكْمَةُ يَمَانِيَةٌ

“Telah datang kepada kalian penduduk Yaman, mereka orang yang jiwanya paling halus dan hatinya paling lembut. Iman itu Yamani dan hikmah itu Yamaniyyah.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah al-Yamani).

Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda demikian sebab orang-orang Yaman datang menjadi Anshar Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam. Oleh karena bening dan lembutnya hati itu mengantarkan pemiliknya kepada al-haqq, yaitu iman dan hikmah, maka hati mereka menjadi sumber iman dan hikmah, dan Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam menisbatkan iman dan hikmah kepada Yaman.

Mayoritas penduduk Yaman sama dengan kita di Indonesia, yaitu Ahlussunnah wal-Jama’ah. Meskipun ada Zaidiyyah namun mereka hidup rukun, tenang, saling berdampingan dan menghormati. Kemudian tiba-tiba mereka terseret ke dalam jurang pertikaian kemudian kesengsaraan perang setelah ada dakwah syiah Imamiyyah, Ja’fariyyah, Rafidhah. Kondisi yang sama ini -dengan adanya gerakan Syiah Imamiyyah, Ja’fariyyah, Rafidhah- membuat kami khawatir, apa yang terjadi di Yaman bisa terjadi di Indonesia jika kita tidak mengambil pelajaran dan bangsa kita terlambat menangani.

Di dalam penjelasan ini kami akan menerangkan 3 masalah besar:

Mengapa terjadi perang di Yaman?
Siapa sesungguhnya pemberontak al-Khoutsi itu? dan apa ideologi serta kejahatan mereka,
dan bagaimana kita harus bersikap?

Mengapa Terjadi Perang di Yaman?

Apa yang terjadi saat ini di Yaman merupakan akibat dan kelanjutan dari aktifitas gerakan dakwah Syiah di Yaman Utara. Awalnya dakwah Syiah pimpinan Badruddin al-Khutsi[1] ini berfaham Zaidiyyah Jarudiyyah, kemudian setelah pergi ke Iran dan menetap di sana (1994) berubah menjadi Syiah Imamiyyah Itsnay Asyariyyah atau Rafidhah. Kemudian berkembang meniru Hizbullah Lebanon, hingga memiliki milisi bersenjata bernama Anshar Allah, yang dibiayai oleh Iran dan dikenal degan “Khoutsiyyin”. Kelompok Syiah ini melakukan pemberontakan, peperangan, dan kejahatan-kejahatan yang banyak.

Kelompok bersenjata Khoutsi akhirnya berhasil menguasai kota Sha’dah pada tanggal 16 Januari 2014. Kemudian berhasil mengkudeta dan menguasai Sanaa, Ibu kota Yaman pada 21 september 2014. Keberhasilan kudeta ini didukung oleh Presiden Iran Hasan Rouhani dengan mengatakan bahwa itu adalah “keberanian dan sesuatu kesuksesan yang besar”.

Pada bulan Februari 2015, Presiden Yaman, Abd. Rabbuh Mansour Hadi melarikan diri ke Aden dari ibukota Sanaa. Sebelumnya dia telah disandera sebagai tahanan rumah oleh pemberontak Hautsi selama beberapa pekan. Pada bulan Maret 2015, Presiden Mansour Hadi mengumumkan pemindahan ibukota dan menjadikan kota Aden sebagai ibukota negaranya. Dia juga menyatakan bahwa ibukota Sanaa telah menjadi “kota yang diduduki” oleh pemberontak Syiah Khoutsi.

Pada tanggal 22 Maret 2015 pemberontak Syiah Khoutsi merebut Kota ketiga yaitu Taiz. Karena kejahatan Khoutsi yang sudah tidak bisa dibendung, akhirnya Presiden Yaman itu mengirim surat ke enam negara teluk. Surat yang sangat menyentuh. Presiden Mansour Hadi menceritakan kondisi Yaman yang sudah berada di ambang kehancuran, sehingga membutuhkan pertolongan dari “para saudaranya”. Presiden menuliskan suratnya dengan sapaan “al-Akh” (saudara) bagi para pemimpin negara Teluk.

Anda bisa simak suratnya di: http://goo.gl/1UlNx4.

Surat itu ditujukan kepada para pemimpin Negara Teluk, Arab Saudi, Uni Emirat, Bahrain, Oman, Kuwait, dan Qatar. Presiden Mansour mengungkapkan, beliau menulis surat itu dengan penuh kesedihan atas nasib yang menimpa negaranya. Beliau mengutip piagam PBB tentang hak pembelaan diri setiap bangsa, dari gangguan yang mengancam keselamatan negara, dan kesepakatan antar-negara Teluk untuk bersama-sama saling melindungi. Atas dasar ini, beliau mempersilakan para pemimpin negara Teluk untuk segara mengatasi pemberontak Syiah Houthi di Yaman dengan kaffah wasail (semua sarana).

Maka pada hari Rabo malam Kamis, 25 maret 2015, negara-negara Teluk yang dipimpin Saudi Arabia melakukan gempuran terhadap posisi pemberontak Syiah Khoutsi. Lalu terjadilah perang hingga hari ini (6 April 2015).
0,,18342360_303,00
Begitulah, berawal dari dakwah Syiah Imamiyyah, Itsnay Asyariyyah, Rafidhah hingga berakhir pada pemberontakan dan kesengsaraan bagi Negara Yaman serta negara-negara Ahlussunnah yang ada di sekitarnya.

Ideologi Pemberontak Al-Khoutsi

Pemberontak Houtsi berpaham Syiah Itsna Asyariyah atau Syiah 12 imam, atau Rafidhah. Ideologi pemberontak Houtsi ini sama dengan gerakan Syiah yang ada di Iran, Libanon, Irak, Bahrain, dan mayoritas Syiah yang ada di dunia. Bahkan sama dengan yang ada di Indonesia, hanya saja mereka yang ada di Indonesia sering menyebut dirinya dengan sebutan “Ahlulbait” atau “Jamaah Ahlulbait”.

Di antara ideologi Syiah ini adalah:

Ideologi imamah, yaitu keyakinan bahwa kepemimpinan setelah Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam wajib ditangan Ali bin Abi Thalib, berdasarkan nash (wahyu, wasiat atau pengangkatan langsung oleh Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam)
Menolak Abu Bakar-Umar dan Usman sebagai imam setelah Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam, sebab dalam keyakinan mereka bahwa ketiga khalifah sebelum Ali itu adalah tidak sah, zhalim, fasiq, dan kafir. Dengan demikian Syiah pun melaknat mereka bertiga.
Mencaci maki sahabat Thalah, Zubair, dan Muawiyah serta para sahabat Nabi yang lainradhiyallahu ‘anhum, karena dinilai telah kafir menentang Imam Ali radhiyallahu ‘anhu.
Mereka mengajarkan mencela dan melaknat Ahlulbait Nabi (istri-istri Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam) khususnya Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha.
Memprovokasi dan membangkitkan semangat pengikutnya untuk memerangi Ahlussunnah. Karena Ahlussunnah meridhai selain Ali sebagai imam dan khalifah, yaitu Abu Bakar, Umar, dan Utsman radhiallahu ‘anhum ajma’in.
Meyakini pemerintah yang sah sekarang ini hanyalah pemerintah imam Mahdi yang Ghaib atau pemerintah seorang wali al-faqih yang loyal kepada Imam Mahdi, yang disebut dengan istilah wilayatul faqih. Satu-satunya negara wilayatul faqih adalah Iran. Oleh karena itu mereka menyiapkan diri untuk membangkang dan menghadapi pemerintah di mana mereka berada.
Memuji-muji revolusi Khomeini dan Hizbullah Libanon. Mereka menjadikan keduanya sebagai teladan yang wajib dicontoh dalam gerakannya.
Bertaqiyyah dengan berkedok sebagai Zaidiyyah[2].
Menjadikan “anti Amerika dan Israel sebagai” slogan perjuangannya.
Meyakini al-Qur`an ini muharraf (sudah diubah-ubah) dan kurang.
Seorang pemimpin kelompok Anshar Allah al-Khoutsi yang bernama Abdul Karim al-Khiwani telah mengancam kota suci Makkah di musim haji yang akan datang.[3]

Kekejaman dan Kejahatan Pemberontak Syiah al-Khoutsi

Di antara kekejaman dan kejahatan kelompok Syiah Yaman ini adalah:

Menyerang kaum muslimin yang sedang merayakan shalad Idul Adhha.
Membunuh 135.000 orang yang tidak bersalah.
Menghancurkan 140 Masjid dan Madrasah Tahfizh al-Qur`an, serta membakar al-Quran.
Mengusir lebih dari 800.000 penduduk
Melakukan pelanggaran dan merusak lebih dari 2.000 rumah.
Menutup sekolah-sekolah, pesantren dan perguruan tinggi termasuk Darul Hadits Dammaj, Universitas al-Iman, Darul Hikmah, al-Andalus dll.
Mengejar dan Membunuh ratusan para imam dan ulama Ahllussunnah.
Merusak dan menghancurkan gedung-gedung pemerintahan dan militer dan menjarah gudang senjata.[4]

Kesimpulan, Sikap, dan Harapan

Berdasarkan kronologis kejadian dan bukti-bukti kesesatan, kekejaman, dan kejahatan pemberontak Syiah Khoutsi maka kami merasa bersyukur kepada Allah dengan adanya“’Ashifah al-Hazm” yaitu serangan militer yang resmi dan sah menurut agama dan konstitusi, dari negara-negara sunni Teluk pimpinan Saudi Arabia terhadap pemberontak Khoutsi Yaman, untuk menolong rakyat dan pemerintah Yaman yang terzhalimi, dan untuk menghentikan kejahatan pemberontak al-Khoutsi. Kami berdoa kepada Allah, semoga bertambah banyak negara-negara Islam yang mendukung untuk melumpuhkan pemberontak Syiah Khoutsi di Yaman.
Kami berharap kepada bangsa Indonesia dan para pemimpin di negeri sunni terbesar ini agar menjadikan Yaman sebagai pelajaran, bahwa Syiah Rafidhah selalu mengawali revolusinya dengan dakwah, pendidikan, kebudayaan, termasuk sosial dan ekonomi, namun akhirnya pasti membentuk milisi bersenjata setelah terjadi bentrokan-bentrokan dan kekacauan. Kami tidak ingin kekacauan, pembantaian, dan kehancuran yang terjadi di Yaman akan berulang terjadi di negeri yang kita cintai ini, Republik Indonesia.

Semoga penjelasan ini bermanfaat, dan para pemimpin kita diberi taufiq oleh Allah Swt untuk mengambil langkah-langkah yang tepat, guna menangkal bahaya besar yang akan ditimbulkan oleh berkembangnya ideologi Syiah Imamiyyah di negeri tercinta ini.

Wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammad wal-hamdu lillah Rabbil ‘alamin. [*]

Malang, 6 April 2015

______________________

[1] Mempunyai anak Husain al-Khoutsi, Abdul Malik Al-Khoutsi Pendiri Partai Hizbul Haqq, dan Yahya al-Khoutsi. Husain al-Khoutsi adalah yang menemani ayahnya ke Iran kemudian dia ke Lebanon. Dia mendirikan al-Syabab al-Mukmin (Jama’ah al-Khoutsi) tahun 1991, maka dialah pendiri dan pemimpin gerakan Khoutsi yang pertama, dan terbunuh tahun 2004 karena menentang pemerintah Yaman. Kemudian pemimpin kedua adalah Abdul Malik ibn Badruddin al-Khoutsi, yang memimpin hingga saat ini.

[2] https://www.youtube.com/watch?v=bVi6JL7ZZxY.

[3] Baca di http://alburhan.com/main/articles.aspx?article_no=4830#.VSJYTY5R2So,https://www.youtube.com/watch?v=hk22XixSpSo, https://www.youtube.com/watch?v=WYmL4Dvm2CU, http://www.al7ami.net/vb/showthread.php?t=2990, http://www.alrashead.net/index.php?partd=23&derid=1630.

[4] Silakan simak, https://www.youtube.com/watch?v=16hDdA4ZNEs,https://www.youtube.com/watch?v=36aq4lGASFI, https://www.youtube.com/watch?v=UKtqndDnf2A, https://www.youtube.com/watch?v=xbJqPzEjgHk,https://www.youtube.com/watch?v=eVtvg5lTa88.

Sumber : http://www.binamasyarakat.com/penjelasan-tentang-apa-yang-terjadi-di-yaman/ 

Tiada ulasan: