"Ya Tuhanku ampunilah aku, rahmatilah aku,
perbaikilah aku, angkatlah darjatku, berilah aku rezeki, pimpinlah aku, afiatkanlah aku dan maafkanlah aku."

Reporter Azerbaijan menjelaskan mengapa dia meneteskan air mata saat mengajukan pertanyaan kepada Presiden Erdogan

Seorang reporter wanita dari Azerbaijan menjadi sorotan pada acara peresmian masjid Turki pada hari Sabtu di AS.

Reporter itu mendapat sorotan bukan karena pertanyaannya, tapi karena dia menumpahkan air mata ketika bertanya pada Presiden Recep Tayyip Erdogan tentang reaksinya terhadap 12 tentara Azerbaijan yang terbunuh di wilayah Karabakh yang diduduki.

Ganire Atasova, 36, dari televisi Azerbaijan ANS adalah salah satu dari puluhan wartawan yang mencoba mendekati Erdogan saat ia berjalan ke panggung untuk menyampaikan pidato pembukaan Pusat Diyanet Amerika-Kompleks sosial Turki, termasuk sebuah masjid.

Itu terjadi hanya beberapa menit setelah ia mendengar kabar bahwa bangsanya telah merebut kembali wilayah yang diduduki oleh Armenia selama bentrokan hari Jumat dan Sabtu yang menewaskan belasan tentara Azerbaijan, dan membuatnya bersikeras melalui kerumunan dan mendekati Erdogan meskipun keamanan sangat ketat.

“Ketika saya mendengar berita itu dan saat aku bertanya pada presiden tentang tentara yang gugur, saya meneteskan air mata,” kata Atasova kepada kantor Anadolu Agency (AA), dalam sebuah wawancara eksklusif.

“Sebagai seorang reporter saya harus menyembunyikan perasaan saya tapi saya ingat bahwa saya juga seorang ibu, seorang wanita, dan saya memiliki dua anak, dua putra. Para prajurit yang gugur adalah anak-anak saya juga sehingga saya merasakan rasa sakit yang sama.”

Ia mengatakan bisa merasakan sakit ibu dan saudara perempuan dari tentara yang gugur. Ketika ia mendengar berita itu, Atasova menekankan bahwa ia menganggap semua putra dan putri Azerbaijan sebagai anaknya sendiri.

Reporter patriotik, yang belum pulang ke negaranya dalam lima bulan terakhir, menambahkan bahwa lebih buruk baginya untuk tidak bersama dengan saudaranya sendiri pada hari yang penuh kesedihan.

Atasova berkata bahwa media Azerbaijan selalu melaporkan dengan emosional setiap kali ada tentara yang gugur, termasuk tentara Turki.

“Tentara yang gugur adalah hidup kami, darah kami, keluarga kami, dan salah satu dari kami. Kesatuan bangsa adalah di atas segalanya dan salah satu harus menyerahkan hidupnya untuk bangsa jika diperlukan,” tambahnya.

Atasova berterimakasih pada Erdogan karena menjawab pertanyaan dengan hati-hati dan sensitif, Atasova menyatakan bahwa ia ingin menunjukkan kepada dunia bahwa ia memahami rasa sakit perempuan Azerbaijan dan ibu yang kehilangan anak-anak mereka.

“Orang-orang Azerbaijan mencintai Erdogan karena Turki berdiri dengan Azerbaijan dalam setiap langkah yang diperlukan.”

Beberapa menit setelah Atasova mengajukan pertanyaan dengan menangis, gambar nya menyebar di media. Dia bahkan menjadi lebih populer ketika Erdogan berada di panggung dan menyebutnya dalam sambutan.

“Beberapa saat lalu, seorang [reporter] TV Azerbaijan bertanya pada saya [tentang tentara yang gugur], dan saya melihat air mata di matanya,” katanya, mengacu pada Atasova.

“Apakah akan mungkin bagi kita untuk melihat air mata di media negara kita juga?”

Kementerian Luar Negeri Turki mengutuk serangan Armenia yang telah menyebabkan pertempuran dua hari berebut wilayah Karabakh yang diduduki.

“Kami mengutuk tembakan artileri dan serangan yang dimulai oleh Armenia terhadap Azerbaijan pada malam 1 April sepanjang garis kontak dan [yang] mempengaruhi masyarakat sipil,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu.

“Kami menyerukan kepada Armenia untuk patuh pada gencatan senjata dan mengakhiri bentrokan sesegera mungkin,” tambah kementerian itu.

Kementerian itu mengatakan masih ada risiko bentrokan serupa kecuali pendudukan Armenia berakhir.

Azerbaijan mengambil alih tanah yang diduduki oleh Armenia selama bentrokan pada Jumat dan Sabtu yang mengakibatkan 12 tentara Azerbaijan meninggal.

Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan bahwa tentaranya telah melancarkan operasi di daerah Agdere, Terter, Agdam, Hocavend dan Fuzuli untuk melindungi warga sipil.

Selama operasi tentara Azerbaijan mereklamasi beberapa bukit strategis dan zona perumahan.

Milisi pro-Armenia menduduki wilayah Karabakh di Azerbaijan pada tahun 1993.

Tiga Resolusi Dewan Keamanan U.N. (853, 874 dan 884), dan Resolusi Majelis Umum PBB 19/13 dan 57/298 menyebut Karabakh sebagai bagian dari Azerbaijan. Majelis Parlemen Dewan Eropa mengacu pada daerah yang diduduki oleh tentara Armenia.

Daily Sabah

Tiada ulasan: