"Ya Tuhanku ampunilah aku, rahmatilah aku,
perbaikilah aku, angkatlah darjatku, berilah aku rezeki, pimpinlah aku, afiatkanlah aku dan maafkanlah aku."

Kisah Perempuan Non-Muslim AS yang Memilih Berhijab

Amanda, wanita non-Muslim yang berhijab
REPUBLIKA.CO.ID, SACRAMENTO: Tak semua warga AS memandang negatif tudung. Bagi yang bersimpati, banyak tindakan konkrit dilakukan. Ada yang mengenakan kempen tudung sehari. Ada pula yang ambil bahagian dalam kempen berjilbab.

Dalam kes Amanda, mungkin ada perspektif baru soal tudung di AS. Amanda seorang perempuan non - Muslim Amerika yang memilih memakai tudung. Seperti seorang Muslimah, Amanda merasakan apa yang dialami Muslimah.

Sepanjang masa, pandangan negatif seolah tak puas menatap "keanehan" yang melekat pada tubuhnya.

"Saya kenakan jilbab bukan bermaksud menjelajah kehidupan Muslim. Saya telah membuat keputusan kekal guna menutupi wajah dan tangan, dan saya suka, "kata dia seperti dilansir Muslimvillage, Rabu (10 /9).

Amanda tinggal di Sacramento, California. Dia Siswazah, universiti of Utah, untuk kajian Antarabangsa dan Arab. Kini, ia tengah mengejar gelar PhD. Dengan pendidikan yang demikian tinggi dan derasnya pemikiran feminisme, sikap Amanda mengejutkan.

"Ketika saya masih muda, saya mendapati jilbab untuk tampil cantik . Malangnya, banyak mitos tentang jilbab yang membuatku gentar, "kata dia. Ketika kuliah, Amanda mula berinteraksi dengan teman-teman Arab. Sebahagian daripada mereka memakai tudung. Secara jujur, ia menyukai pandangan dan menghormati pilihan itu.

"Awalnya memang saya berfikir itu wujud penindasan terhadap perempuan, " kata dia. Pada waktu bersamaan, sejumlah temannya di kampus, mulai membicarakan soal Muslimah berjilbab. Banyak pemikiran negatif yang muncul. Setiap tindakan atau gerak -geri mereka selalu dipandang negatif.

Ia pun mengalami hal itu ketika semasa mengenyam pendidikan sekolah menengah. Banyak pandangan serong terhadapnya. "Awalnya saya berfikir itu hak mereka. Saya tidak punya kemampuan menghentikan mereka, "kata dia.

Awalnya, Amanda merasa emosi ketika ada seseorang yang menatapnya dengan buruk. Ia merasa tidak selesa dengan hal itu. Tak banyak yang boleh dilakukan Amanda ketika menghadapi situasi macam itu. Segalanya berubah ketika ia berteman dengan Muslimah berjilbab di sekolah. Kesan yang didapat Amanda sangat positif.

Amanda memandang temannya itu dengan takjub. "Wow, saya ingin kelihatan seperti itu," kata dia. Niatan spontan itu tidak main- main. Ia mulai meneliti tudung. Ia mencari tahu mengapa Muslimah mengenakan tudung. Lalu bagimana cara memakai tudung.

Melalui jejaring sosial Youtube, ia banyak mendapat maklumat itu. Lagi - lagi, Amanda kagum dengan jilbab. " Semakin saya melihat, semakin saya kagum. Bagaimana Muslimah berjilbab memancarkan keanggunan. Saya ingin seperti mereka, bahkan saya mula bermimpi tentang hal itu, "kenangnya.

Satu catatan penting yang didapat Amanda selama meneliti tudung. Dengan berjilbab, setiap Muslimah menjaga tubuhnya dari dunia luar. Yang jadi soalan Amanda, perempuan AS dipandang rendah ketika mereka tidak berpakaian yang menarik orang lain.

"Tapi saya percaya kalau perempuan tidak perlu mengikuti standard bodoh tersebut," kata dia. Pada titik itu, Amanda kian yakin memakai tudung. Yang menjadi pertimbangan Amanda, bagaimana perasaan umat Islam terhadap keinginan dirinya.

Ia bimbang umat Islam tersinggung dengan niatannya ini. Amanda baru merasa lega ketika umat Islam tidak merasa tersinggung, dan bukan Muslimah saja yang memakai tudung tetapi juga perempuan Yahudi dan Kristen. Setelah yakin, Amanda pun memakai tudung. Meski mulai selesa, ia masih memikirkan perasaan umat Islam.

Untuk itulah, ia meninggalkan Jordan. Padahal ia tengah kerja magang di sana. Tiba di AS, Amanda merasa bahagia, sambutan masyarakat AS terhadap jilbabnya sangat baik. Tak sedikit yang memuji tindakannya itu .

"Beberapa mengatakan kepada saya, bahawa saya telah menghormati budaya mereka. Ini yang membuat hati saya tenang. Mereka memberiku kekuatan ketika saya harus berhadapan dengan mata yang melotot, " kenang dia.

Memang, selama ia mengenakan jilbab masih ada yang menatapnya dengan buruk. Tapi Amanda begitu siap dengan konsekuensinya . "Yang dapat saya fahami, . Tubuh ini hak saya. Dan saya akan berterima kasih kepada Muslimah yang mengajarkan itu padaku, "kata dia.

Tiada ulasan: